Jumat, 18 Februari 2011

Minggu Cinta

Saya memberi nama untuk minggu ini dengan sebutan minggu cinta. Kenapa minggu cinta??? Saya akan coba memaparkan hari-hari yang saya lalui dalam minggu ini. Dimulai dari hari Minggu. Hari Minggu sore saya bermain tenis lapangan bersama tiga orang kakak yayasan saya. Akhirnya setelah 7 tahun saya kembali memegang raket tenis dan bermain tenis di lapangan. Sebelumnya saya pernah mengikuti ekstrakulikuler tenis sewaktu SMP selama dua tahun, kelas dua dan tiga SMP. Mungkin bukan ekstrakuliluler juga, tapi itu olahraga wajib yang diikuti oleh semua siswa sesuai tingkatan kelasnya sebagai olahraga diluar kegiatan olahraga resmi di sekolah.

Selama dua tahun itu seingat saya, saya tidak pernah bermain secara langsung di lapangan, yang saya lakukan hanya memantulkan bola ke tembok di sisi lapangan. Hal itu terus menerus dilakukan setiap bulan. Karena kegiatan ekstrakulikuler itu berlangsung sebulan sekali. Terkadang guru olahraga saya menunjuk beberapa orang yang sekiranya beliau lihat cukup pandai permainannya untuk bermain di lapangan. Saat itu saya hanya bisa menjadi penontonnya. Hahaha..Kali ini saya bisa bermain langsung. Meskipun permainannya masih jauh dari harapan. Namanya juga belajar. Saya sangat senang sore itu. Terlebih lagi ada sebuah kejadian yang memang membuat saya senang saat pendinginan seusai bermain. Ah...malu jika harus saya ceritakan juga.

Masih di hari Minggu, malam harinya saya chatting dengan sahabat saya. Awalnya kami hanya membicarakan tentang rencana pertemuan esok hari. Entah mengapa, tema pembicaraan jadi berputar 180 derajat. Kami malah membicarakan tentang orang yang kami sukai masing-masing. Tema cinta pun diangkat ke permukaan. Obrolan kami yang akhirnya saya simpan pun hingga mencapai 15 halaman. Hingga tengah malam saat kantuk mulai menyapa, kami pun mengakhiri obrolan kami.


Magnum Classic di hari Senin…

Pagi itu saya harus mengurus surat-surat keterangan yang diperlukan sahabat saya sebagai salah satu persyaratan dalam proses seleksi mahasiswa berprestasi FIB UI. Selesai mengurus surat, kami menyelesaikan keperluan masing-masing. Sekitar pukul 14.00 kami (aku dan dua sahabatku) memutuskan untuk pulang. Salah satu dari kami meminta diantarkan ke tempat isi ulang tinta printer di dekat Depok Town Square. Kami bersepeda menggunakan sepeda kuning UI yang dapat kami pinjam hanya dengan menunjukkan kartu tanda mahasiswa yang kami miliki.

Dari halte sepeda FIB kami menuju halte Balairung untuk selanjutnya menuju tempat yang kami tuju dengan berjalan kaki. Ketika di perpustakaan pusat tadi sempat terjadi pembicaraan antara saya dan sahabat saya bahwa saya ingin merasakan es krim magnum dan es krim itu harus dibelikan oleh salah seorang kakak yayasan yang memang punya hutang pulsa yang sudah cukup lama kepada saya. Entah mengapa…dua sahabat saya itu malah “menjebak” saya untuk membeli magnum hari itu. Saya juga harus membelikan mereka atas sebuah hal yang dijadikan dasar keputusan tersebut. Dan akhirnya untuk pertama kalinya saya makan es krim magnum bersama dua sahabat saya…


Selasa bersama sahabat SMK

Status sahabat di sebuah situs jejaring sosial bernama facebook beberapa hari sebelumnya yang mengatakan rindu kumpul-kumpul dan masak bersama mengawali rencana kami di hari Selasa. Saya mengkoordinasikan semuanya. Hingga semua setuju kami akan berkumpul hari Selasa pada pukul 11.00 dengan agenda masak dan bercerita bersama. Sahabat saya yang juga menjadi tuan rumah bertugas menentukan menu masakan yang akan kami buat. Sesampainya kami di rumah sahabat saya tersebut, kami malah bermalas-malasan. Kami bingung menu apa yang akan kami masak terlebih lagi salah satu diantara kami memprovokatori untuk makan di luar.

Setelah berdiskusi, kami akhirnya memutuskan makan di luar. Kami berempat pergi menggunakan motor. Saya dibonceng sahabat saya, begitu pula dua sahabat saya mengendarai satu motor yang lain. Pop Ice di daerah Rumbut menjadi tempat tujuan awal kami. Menurut info yang diberikan sahabat saya yang tinggal di kampung Areman, pop ice itu sangat laris. Terbukti ketika kami tiba di lokasi. Penjualnya sampai tidak terlihat. Ckckck…benar-benar ramai. Banyak motor yang diparkir di depan rumah si penjual. Mereka sengaja datang untuk membeli pop ice di tempat itu. Ya..seperti kami yang datang dari kampung seberang untuk membeli pop ice. Setengah jam kami merelakan waktu menunggu pop ice yang kami pesan. Pop ice berbagai rasa tersebut dijual seharga Rp. 3.000,00 dilengkapi dengan keju dan coklat serut, cincau, bubble, choco chips, dan meses. Harga yang cukup sepadan dengan isinya.

Dari tempat pop ice, kami menuju kalisari. Wilayah tempat kami menghabiskan masa SMK dulu. Belum sampai ke Kalisari, motor yang ditumpangi sahabat saya kehabisan bensin di jalan. Saya bersama sahabat di motor saya mencari penjual bensin terdekat. Kira-kira 200 meter dari tempat itu kami mendapati botol berisi bensin yang dijual di pinggir jalan. Saya segera mengambil uang untuk membayar bensin tersebut. Entah mengapa ketika hendak membuka resleting tas, bungkusan pop ice yang ada di tangan malah saya lepas. Alhasil…pop ice tumpah dan tidak bisa tertolong lagi. Parahnya lagi…bukan cuma pop ice saya tapi juga pop ice sahabat saya yang belum sempat diminumnya sama sekali. Rasa bersalah pun tiba-tiba hadir. Saya juga kesal karena saya baru meminumnya sedikit. Saya bersikeras minta diantarkan kembali. Hingga akhirnya mereka menjanjikan kepada saya akan kembali ke tempat pop ice setelah selesai mencari makan.

Kami menuju Kalisari. Sepanjang jalan kami susuri untuk mencari makanan yang kami sepakati. Beberapa toko sudah kami lewati sampai akhirnya kami mulai lelah. Roda motor yang kami kendarai akhirnya berhenti pada sebuah warung bakso dengan sebuah plang bertuliskan “Bakso Atom, Bakso Sehat”, begitulah tagline yang akhirnya membuat kami memutuskan akan makan di sana.

Kami memilih sendiri jenis bakso yang ingin kami makan, harganya berkisar Rp 3.500 untuk ukuran kecil, Rp. 6.000-Rp. 8.000 untuk ukuran besar. Tidak ada mie, hanya ada soun sebagai pelengkap. Garam, bawang goreng, sambal, saos, kecap, dan daun seledri pun kami yang menambahkan sendiri sesuai dengan selera kami. Ah…rasa bakso saya jadi aneh karena saya tidak tahu takaran garam yang pas. Baksonya empuk dan terlihat merah (tanda dagingnya masih segar) dan tidak memakai msg. Memang bakso sehat dah.

Petualangan kami hari itu berakhir pukul 16.00. hehehe…semoga kami tidak harus menunggu terlalu lama untuk dapat berkumpul di kesempatan yang akan datang.


Rabu malam yang indah…
Tiba hari Rabu, saya kuliah pukul 16.00-18.50. Kuliah paling sore yang pernah saya ikuti. Sayang jadwalnya tidak bisa diubah. Kalau bisa saya ingin sekali bisa kuliah lebih siang. Ya sudahlah…jalani saja. Kuliah hari itu pun selesai pukul 18.30, tepat waktu setelah dikurangi waktu istirahat yang terpakai selama 20 menit.

Setelah kuliah saya dan teman saya langsung menuju ke musola untuk melaksanakan solat magrib. Selesai solat, saya membuka telepon selular saya. Bahagianya saya mendapati sebuah pesan singkat dari si pengirim pesan. Beberapa hari itu saya memang tidak mengirim pesan apapun kepadanya, telpon, atau chatting juga tidak, pun dengan dirinya. Hingga akhirnya malam itu dia mengirim sebuah pesan ke telepon selular saya. Bukan isi pesannya yang penting, pengirimnya menjadi lebih penting dari itu. Haduh…apa yang terjadi pada saya???saya pun segera membalas pesannya. Setelah itu tidak ada balasan darinya. Saya pun tidak terlalu memikirkannya karena sedang disibukkan oleh rencana makan malam bersama dua orang teman dekat saya. Rencananya saya akan makan di sebuah warung makan di belakang stasiun UI.

Saya bersama dua teman saya menuju fakultas psikologi terlebih dahulu, karena masing-masing dari kami hendak mengambil uang di ATM. Setelah dari fakultas psikologi kami pun berpisah. Dua teman saya menuju kutek (kukusan teknik) untuk mengambil beberapa tas yang akan dipinjam teman saya untuk pindah kosan . Sementara saya sendiri menuju warung makan yang sudah kami rencanakan untuk memesan tempat dan menu makanan lebih awal.

Saya pun melangkahkan kaki dengan santai menuju stasiun UI. Ketika saya hendak menyebrang rel kereta terdengar suara seseorang memanggil nama saya. Suara yang cukup akrab dengan nama panggilan yang begitu akrab dengan saya, karena dia memanggil dengan nama panggilan saya di keluarga. Saya pun menjawab panggilannya.

Sejak beberapa hari lalu saya memang tidak menghubunginya sama sekali. Tidak ada sama sekali komunikasi yang terjadi diantara kami. Rindu dalam hati memang hadir. Ingin rasanya saya menghubungi dirinya dan bercerita dengannya. Namun, saya tahu, jika saya turuti keinginan hati ini, saya akan semakin tergila-gila tenggelam dalam perasaan ini. Saya takut, takut jika saya tidak tulus dalam perasaan ini, takut jika perasaan ini akan membawa hal yang kurang baik untuk kami berdua. Karena itu saya menahan semua ini.

Dalam hati saya berucap, “Allah…entah ini petunjuk yang Engkau berikan untuk memudahkan jalan hubungan kami atau memang kebetulan saja. Tapi aku tahu, semua yang terjadi di dalam kehidupan ini merupakan rencanaMu. Semoga ini merupakan pertanda yang aku harapkan”. Saya pun semakin yakin bahwa semua akan indah pada waktunya. Seperti malam itu saya bertemu dengannya, berjalan bersamanya, dan bercerita banyak hal dengannya sambil menunggu dua teman saya yang tak kunjung datang.

Allah pasti mengetahui apa yang ada dalam hati saya. Kadang saat saya pulang dari urusan kampus lewat senja, saya selalu berharap bertemu dengannya. Tapi tak pernah saya temui. Hingga malam itu, suara yang biasa menyapa saya dengan panggilan kesayangan saya di keluarga menghentikan langkah saya, suara yang beberapa hari itu saya rindukan, wajah yang membuat saya bahagia menatapnya, dan ceritanya yang mampu membuat hari-hari saya menjadi lebih berwarna. Berlebihankah saya, Ya Allah??? Betapa bersyukurnya saya padaMu atas kehidupan hari Rabu itu. Subhanallah…Indah. Semoga saya bisa mencintainya karenaMu.

Saya dan kedua teman saya akhirnya makan di warung makan yang telah kami rencanakan. Kami langsung memesan makanan yang diinginkan. Menu yang kami pesan ternyata habis dan akhirnya kami memesan menu yang tersedia, karena memang sudah tidak ada pilihan lain lagi. Sambil menunggu pesanan kami siap disantap, salah seorang teman saya bercerita tentang lika-liku perjalanan cintanya.

Subhanallah…kisah cintanya bisa jadi beberapa novel cinta dan mungkin akan menjadi best seller jika dibukukan. Novel cinta yang terlahir dari kisah nyata. Hahaha…selama hampir 1,5 jam saya berdua dengan teman saya mendengarkan ceritanya. Sudah lama kami tidak bercerita seperti ini. Kesibukan kuliah, tugas akhir, dan kegiatan di luar kampus membuat kami jarang sekali berkumpul.

Terkagum-kagum saya mendengarkan ceritanya. Saya pun semakin yakin, perempuan yang baik pasti untuk laki-laki yang baik. Teruslah berusaha memperbaiki diri dan tetaplah merasa bahwa semua yang kita lakukan masih kurang. Merasa baik dan merasa cukup akan membuat kita takabur dan berhenti untuk melakukan yang lebih baik lagi. Bahkan dia yang begitu semangat dan luar biasa di mata saya pun masih merendah dan merasa belum apa-apa.

Kamis tentang pernikahan…
Pagi-pagi sekali pukul 03.30 saya sudah bangun, tidak seperti biasanya pukul 05.30 saya biasa bangun tidur. Semua itu karena saya harus ke Bekasi menghadiri akad dan resepsi pernikahan salah satu kakak yayasan saya. Pukul 04.50 saya sudah berangkat dari rumah menuju rumah ibu yayasan saya karena saya akan berangkat bersama beliau dan beberapa rekan yayasan.

Pukul 05.30 kami sudah berangkat. Sangat pagi memang, agar kami terhindar dari kemacetan. Perjalanan pun sangat lancar. Kami sudah tiba di tempat acara pukul 07.30. Suasana masih sangat sepi ternyata karena akad akan dilaksanakan pukul 09.00…panitia pun belum terlihat. Hanya beberapa orang yang sedang mengolah tahu. Karena memang ayah mempelai wanita adalah seorang juragan tahu. Kami pun (saya dan rombongan yayasan) menuju ke rumah yang ditempati mempelai pria (kakak yayasan yang akan menikah). Bertemu dengannya, keluarganya, dan beberapa teman yayasan lain.
Senangnya hari itu. Kami dapat menyaksikan detik-detik penting dalam kehidupannya. Ya…kami menyaksikan akadnya. Prosesnya cukup lama. Sambutan-sambutan yang menggelitik perut, perilaku mempelai pria saat menyerahkan mas kawin kepada mempelai wanita, hingga pembacaan ijab kabul sangat kami nikmati. Pukul 10.30 kami meninggalkan tempat acara karena ibu yayasan harus menghadiri rapat di kantor PKK.

Tema pernikahan pun terlempar…

Kamis sore, saya dan beberapa teman mengikuti pelajaran bahasa Turki yang diajarkan langsung oleh native di pesona khayangan. Karena hujan dan jadwal yang berubah, akhirnya yang datang pun hanya tiga orang. Kami belajar hingga pukul 17.45. Setelah belajar bahasa kami menuju rumah abla (yang artinya kakak, begitulah kami memanggil wanita Turki yang mengajarkan kami itu) yang lain. Sambil menunggu 4 orang yang lainnya, melaksanakan solat Magrib, dan makan malam, maka kegiatan diskusi pun dimulai pukul 19.30. Biasanya abla sudah menyiapkan materi yang akan disampaikan. Abla menjelaskan materi dari buku yang ia baca kemudian kami bertanya jika ada yang kurang jelas atau berbagi cerita. Kali ini bahan yang telah abla siapkan ada di laptop. Sementara laptop abla dibawa oleh suaminya. Beberapa menit kami semua terdiam. Abla mencari-cari tema yang akan disampaikan. Salah satu diantara kami kemudian melontarkan sebuah tema untuk dibahas. Ya…tema itu adalah tentang pernikahan.

Awalnya abla ragu menjadikan tema itu sebagai tema diskusi hari ini. Namun akhirnya abla menyetujuinya. Dimulailah diskusi kami dengan sebuah pertanyaan , “ apa alasan dan target dari pernikahan menurut pendapat kami masing-masing?”. Sontak kami semua bingung menjawab pertanyaan itu. Ada yang menjawab belum terpikir, ada yang menjawab untuk ibadah, menggenapkan separuh agama, melanjutkan keturunan, dan sebagainya. Hingga akhirnya uraian panjang dari abla terungkapkan.

Kesimpulan dari uraian panjang abla itu bahwa alasan menikah adalah untuk mencari Ridho Allah. Segala yang dilakukan dalam pernikahan bukan semata-mata karena cinta kepada pasangan tapi karena mengharapkan Ridho Allah. Menjadi istri yang solehah, menaati suami yang mengajak pada kebaikan, menjadi seorang ibu yang baik dan mendidik anak-anaknya dengan baik, karena ibu adalah sekolah pertama untuk anak-anaknya. Amanah terbesar dalam pernikahan menurut abla adalah menjadi ibu. Karena ibu merawat dan mendidik anak-anaknya. Dari seorang ibu anak akan belajar pertama kali, ibu juga yang pertama kali harus mengenalkan agama pada anak-anaknya. Karena itu jika menginginkan anak yang soleh/solehah, maka kita harus menjadi orang yang soleh/solehah. Ukuran soleh/solehah hanya Allah yang tahu. Sementara yang harus kita lakukan adalah terus memperbaiki diri.

Abla juga berpesan, untuk seorang wanita sebaiknya ia tidak mengumbar perasaannya atau bersikap agresif menunjukkan perasaan sukanya terhadap lawan jenis. Sebaiknya seorang wanita itu berdoa memohon yang terbaik kepada Allah tentunya dengan usaha yang disyariatkan bukan dengan berlebihan atau bahkan membabi buta (lebayyyyy dah). Karena dengan mnegumbar perasaan belum tentu akan yang disukai adalah yang terbaik untuknya sementara dia telah mengotori hati karena menyukai seseorang yang belum halal baginya. Lalu sebaiknya kita semua (laki-laki dan perempuan yang belum menikah ataupun sudah) tetap menjaga mata kita. Karena mata adalah pintu untuk memasuki pikiran dan hari. Buruk baiknya pikiran dan hati ditentukan oleh apa yang kita lihat. Begitulah…hingga diskusi berakhir pukul 21.30. Hmm…padahal sehari sebelumnya saya baru saja berbunga-bunga bertemu orang yang saya sukai. Kontras sekali dengan pembahasan hari itu. Hehehe…

Selesai diskusi saya harus segera pulang. Hari sudah cukup malam. Saya pulang seorang diri karena teman yang biasanya pulang bersama saya hingga Margonda tidak hadir hari ini. Sepi…angkotnya juga sudah jarang. Sekitar 5 menit menunggu akhirnya angkot yang saya tunggu muncul juga. Hanya ada dua penumpang termasuk saya hingga angkot mendekati kelapa dua. Ketika sudah dibelokan menuju pasar pal malah hanya saya seorang. Hening…akhirnya saya bertanya ke sopir angkotnya, “Sepi ya, Pak, emang angkotnya sampe jam berapa adanya?”. “Iya nih, Dek. Jam 10 juga udah pada pulang biasanya, kalo 112 mah 24 jam”, Jawab sopir angkot. Kemudian terjadilah perbincangan singkat antara saya dan sopir angkot. Tentang asal saya dan tempat tinggal saya. Tiba-tiba saja ketika saya bilang saya berasal dari Depok, sopir angkot menghubungkan dengan sebuah pertanyaan, “Pacarnya juga orang Depok, Dek?”. “Belum punya pacar, Pak?”, Jawab saya jujur. “Masa belum punya pacar? Boong nih. Anak SMP aja udah punya pacar”, tambah sopir tersebut. Saya hanya membalasnya dengan senyum. Dalam hati saya berkata, “Jiah…si bapak kenapa ngebandingin sama anak SMP dah. Ya udah sih…”.

Jumat bersama sahabat…
Pagi ini sahabat saya mengirim pesan singkat mengajak makan siang bertiga dengan sahabat saya yang besok akan pergi ke Bali untuk melakukan penelitian skripsinya. Rencana pun disusun. Kami bertemu pukul 10.30 di FIB. Pukul 11.00 kami menuju Kansas, ternyata kantin itu pun penuh. Tidak ada bangku kosong yang bisa kami tempati. Akhirnya kami memutuskan membungkus makan siang kami dan menyantapnya di klaster di pinggir jembatan teksas yang menghubungkan fakultas teknik dan FIB sambil memandang suasana di pinggir danau. Kalau saya tidak salah mengingat, sepertinya baru pertama kali saya makan bersama dua sahabat saya ini di klaster.

Kami membicarakan tentang tugas akhir kami masing-masing, seseorang yang kami sukai, dan impian kami setelah lulus kuliah. Dua sahabat yang selalu mampu membangkitkan semangat saya. Dua sahabat yang begitu dekat dan baik kepada saya. Kami saling menyayangi, memberikan perhatian, kasih sayang, dan semangat satu sama lain. Ya...semoga saja persahabatan kami tetap indah dan terjaga.

Selesai makan siang kami berpisah. Aku dan sahabatku yang akan ke Bali besok pergi ke Margo City untuk membeli beberapa barang-barang kebutuhannya yang akan dibawa ke Bali. Sementara satu yang lain menuju ruang kelas karena ada kuliah lagi pukul 13.00.

Begitulah kegiatan minggu ini yang saya beri nama minggu cinta. Hari-hari tersebut penuh dengan cerita yang bertemakan cinta dan kejadian yang berhubungan dengan cinta…hehehe. Semoga minggu-minggu selanjutnya juga penuh cinta. Cinta yang bermakna lebih menyeluruh…^^

Riska
18 Februari 2011

Selasa, 08 Februari 2011

Terus berlatih menjadi lebih baik

Beberapa hari lalu gw sempet baca sebuah tulisan. yang ini soal jodoh. ets...cuma iseng aja baca. haha...tapi gw menarik kesimpulannya kalo jodoh, rezeki, kematian, dan kehidupan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, itu urusan Allah. Jadi apapun yang kita usahakan gw menganggap itu rezeki yang udah diatur sama Allah. Kita diwajibkan untuk berusaha dan mencoba untuk berhasil memenangkannya. urusan menang atau ngga itu ada ditangan Allah. Tugas kita bukan menang tapi berusaha untuk menang. Di tulisan yang gw baca ada beberapa point yang harus diperhatikan. Mungkin aja rezeki itu belum menghampiri kita karena kita belum memperbaiki hubungan kita sama Allah contohnya sholat ngaret2, padahal kita selalu pengen keinginan kita dikabulkan dengan cepat, hubungan kita dengan orang tua kurang baik (doa orang tua itu bener2 manjur lho), hubungan kita dengan sesama manusia kurang baik (rezeki kita bisa diperantarai oleh mereka, relasi maksudnya), terus kita kurang sedekah (sedekah adalah salah satu cara membuka pintu rezeki kalo gw denger di ceramah2). semua itu adalah cara membuka pintu2 rezeki dan mendekatkan kita pada apa yang kita inginkan. Cita-cita yang kita usahakan dan ingin kita wujudkan adalah rezeki yang ingin kita dapatkan. Ya...begitulah yang bisa gw simpulkan dari tulisan yang gw baca.
Kalo kata dosen gw, banyak orang pinter yang ngga berhasil bukan karena dia ngga mampu dengan kepintarannya. Tapi dia kurang memperbaiki hubungannya dengan Allah dengan ibadah (ibadah bisa macem2 ya), terus dia terlalu banyak mengeluh. Allah tidak menyukai hambaNya yang terlalu banyak mengeluh. Jalani aja dengan sebaik-baiknya, tekun, dan bersyukur.

gw bilang kayak gini bukan berarti gw udah bisa melaksanakan semuanya. gw juga masih dalam proses belajar. Hehe...itu semua sedang coba gw laksanakan dalam kehidupan gw. Kalo kata pak hari subagya dalam training motivation di tatap muka KSE UI, setiap detik dalam kehidupan kita adalah latihan. jadi teruslah berlatih. ^^