Minggu, 31 Juli 2011

Selamat Datang Ramadhan

Marhaban Yaa Ramadhan...
selamat datang Ramadhan. Selamat datang rahmat, berkah, kesucian, limpahan cinta dan kasih sayangNya, dan lautan pahala atas ibadah-ibadah kepadaNya. Sungguh, seluruh umat Islam di dunia ini telah amat sangat merindukanmu, Ramadhan. Semua menyimpan segala rindu, cinta, semangat, dan segala potensi terbaik yang mereka dapat lakukan untuk mengisi perjalanan bersamamu.

Menulis

Sore ini saya melihat status teman saya sebuah situs jejaring sosial tentang "menulis". Dia berkata ingin memenuhi bulan ini dengan menulis, ya...menulis tentang banyak hal. Tulisan itu mengingatkan saya pada sebuah keinginan. Keinginan yang memang sampai saat ini selalu hidup dalam hati dan pikiran saya. Keinginan yang terkadang terbentur oleh berbagai aktivitas sehingga sempat terpinggirkan. Saya ingin menulis. Selalu dan akan selalu ingin menulis. Di bulan ini saya juga ingin menulis. Menulis banyak hal, warna-warni kehidupan saya, hikmah yang dapat saya ambil dari sebuah peristiwa, menulis tentang apa yang saya ingin lakukan, menulis tentang harapan, menulis tentang negara yang ingin saya kunjungi, menulis tentang orang-orang yang saya cintai, menulis Ramadhan yang lebih baik dari sebelum-sebelumnya, menulis tentang semua rasa dan hal yang ingin saya lakukan. Menulis senyum-senyum kebahagian orang-orang yang saya cintai, menulis indahnya silaturahim dengan sesama, menulis indahnya berbagi dengan sesama, menulis luasnya impian yang saya miliki, menulis luasnya hamparan kasih sayang dan nikmatNya, menulis setiap hela nafas, kedipan mata, detak jantung, gerak langkah kaki dan tangan, aroma dunia, suara alam, dan kejernihan pikiran.

Memperbaiki isi dan tampilan blog ini. Hehe...karena dengan menulis, hidup menjadi lebih hidup. Tulisanmu mengalihkan duniaku. :)

Selasa, 26 Juli 2011

Protes

Kali ini saya hanya ingin mengungkapkan protes dalam hati saya. Hehehe...kesal, sebal, atau geregetan entahlah apa itu namanya. Hal itu teradi ketika melihat home di salah satu account situs jejaring sosial yang saya miliki jadi dipenuhi atau sering terlihat post dari dunia percintaan orang-orang di friend list saya. Beberapa bulan/minggu sebelumnya dia menuliskan kata-kata rayuan, romantis, kangen-kangenan, sayang-sayangan, dan beratus atau bahkan beribu gombalan tercanggih mungkin yang kadang benar-benar menimbulkan tawa (haduh...jahat ngga yah saya menertawakan mereka? hehehe). Tapi belum lama ini saya melihat seseorang yang tadinya memenuhi statusnya dengan kata-kata untuk kekasihnya, halaman punya kekasihnya dipenuhi oleh kata2 penyemangat darinya malah berbalik jadi kata-kata yang mengharap, memohon, keputusasaan, atau bahkan caci makian. Piuh...bener-bener aneh. Cinta yang mereka rasakan itu bisa berubah begitu cepat yah? apakah itu cinta yang dilandasi hawa nafsu? bukan cinta karenaNya, bukan cinta yang tulus menerima seseorang itu apa adanya. Tidak hanya dari tulisan-tulisan, terkadang status 'single', 'in relationship', 'married', 'engaged', dan lainnya kadang diubah-ubah seenaknya. Kejadian ini tidak hanya terjadi pada anak-anak SMP, SMA, universitas, bahkan yang sudah bekerja pun seperti itu. Piuh...bener-bener deh, kalau sudah dipenuhi oleh tulisan-tulisan semacam ini saya rasanya ingin me-remove mereka saja. (Hihihi...tapi kadang lucu juga sih. Kok lucu???).

Saya tidak akan merasa terganggu ketika yang menuliskan memang sudah berkeluarga. Kan jadinya senang melihatnya. Wah...romantis ya, wah...harmonis ya, dan blablabla lainnya jika memang mereka sudah menikah. Cintanya memang sudah sah dan wajar saja. Tapi jika masih berpacaran. Hedeh...Ya sudahlah, itu kan pilihan mereka. Mungkin itu cara mereka mengurangi beban yang mereka rasakan, cara mereka berbagi perasaan suka dan bahagia yang ada dalam diri mereka. Sekian protes yang kadang berlarian dalam pikiran saya ketika melihat kejadian-kejadian seperti yang telah saya ungkapkan di atas. hehehe...Mohon maaf kalau ada yang merasa tersinggung.

Senin, 25 Juli 2011

Bunga Kemuning

Beberapa menit lalu, adik bungsu saya tiba-tiba datang ke kamar saya. Dia berkata, "Teh Ika, cariin tugas Indah dong. Ada yang ngga tau, di buku yang teh ika beliin ngga ada". Seperti biasa, sambil ngenet saya cari deh bahan yang dibutuhkan olehnya. Yap...ciri-ciri khusus tentang bunga gitu deh. Pas cari ciri-ciri bunga kemuning tiba-tiba menemukan blog yang isinya dongeng-dongeng. Saya jadi tertarik untuk membacanya. Seruuu ternyata, pertama saya membaca tentang legenda bunga kemuning. Ketika saya lihat judul lainnya di halaman itu semakin membuat saya kagum dengan dongeng-dongeng dan cerita yang lainnya. Berikut dongeng yang saya baca.



Dahulu kala, ada seorang raja yang memiliki sepuluh orang puteri yang cantik-cantik. Sang raja dikenal sebagai raja yang bijaksana. Tetapi ia terlalu sibuk dengan kepemimpinannya, karena itu ia tidak mampu untuk mendidik anak-anaknya. Istri sang raja sudah meninggal ketika melahirkan anaknya yang bungsu, sehingga anak sang raja diasuh oleh inang pengasuh. Puteri-puteri Raja menjadi manja dan nakal. Mereka hanya suka bermain di danau. Mereka tak mau belajar dan juga tak mau membantu ayah mereka. Pertengkaran sering terjadi di antara mereka.

Kesepuluh puteri itu dinamai dengan nama-nama warna. Puteri Sulung bernama Puteri Jambon. Adik-adiknya dinamai Puteri Jingga, Puteri Nila, Puteri Hijau, Puteri Kelabu, Puteri Oranye, Puteri Merah Merona dan Puteri Kuning, Baju yang mereka pun berwarna sama dengan nama mereka. Dengan begitu, sang raja yang sudah tua dapat mengenali mereka dari jauh. Meskipun kecantikan mereka hampir sama, si bungsu Puteri Kuning sedikit berbeda, ia tak terlihat manja dan nakal. Sebaliknya ia selalu riang dan dan tersenyum ramah kepada siapapun. Ia lebih suka berpergian dengan inang pengasuh daripada dengan kakak-kakaknya.

Pada suatu hari, raja hendak pergi jauh. Ia mengumpulkan semua puteri-puterinya. “Aku hendak pergi jauh dan lama. Oleh-oleh apakah yang kalian inginkan?” tanya raja.

“Aku ingin perhiasan yang mahal,” kata Puteri Jambon.

“Aku mau kain sutra yang berkilau-kilau,” kata Puteri Jingga. 9 anak raja meminta hadiah yang mahal-mahal pada ayahanda mereka. Tetapi lain halnya dengan Puteri Kuning. Ia berpikir sejenak, lalu memegang lengan ayahnya.

“Ayah, aku hanya ingin ayah kembali dengan selamat,” katanya. Kakak-kakaknya tertawa dan mencemoohkannya.

“Anakku, sungguh baik perkataanmu. Tentu saja aku akan kembali dengan selamat dan kubawakan hadiah indah buatmu,” kata sang raja. Tak lama
kemudian, raja pun pergi.

Selama sang raja pergi, para puteri semakin nakal dan malas. Mereka sering membentak inang pengasuh dan menyuruh pelayan agar menuruti mereka. Karena sibuk menuruti permintaan para puteri yang rewel itu, pelayan tak sempat membersihkan taman istana. Puteri Kuning sangat sedih melihatnya karena taman adalah tempat kesayangan ayahnya. Tanpa ragu, Puteri Kuning mengambil sapu dan mulai membersihkan taman itu. Daun-daun kering dirontokkannya, rumput liar dicabutnya, dan dahan-dahan pohon dipangkasnya hingga rapi. Semula inang pengasuh melarangnya, namun Puteri Kuning tetap berkeras mengerjakannya. Kakak-kakak Puteri Kuning yang melihat adiknya menyapu, tertawa keras-keras. “Lihat tampaknya kita punya pelayan baru,” kata seorang diantaranya.

“Hai pelayan! Masih ada kotoran nih!” ujar seorang yang lain sambil melemparkan sampah. Taman istana yang sudah rapi, kembali acak-acakan. Puteri Kuning diam saja dan menyapu sampah-sampah itu. Kejadian tersebut terjadi berulang-ulang sampai Puteri Kuning kelelahan. Dalam hati ia bisa merasakan penderitaan para pelayan yang dipaksa mematuhi berbagai perintah kakak-kakaknya.

“Kalian ini sungguh keterlaluan. Mestinya ayah tak perlu membawakan apa-apa untuk kalian. Bisanya hanya mengganggu saja!” Kata Puteri Kuning dengan marah.

“Sudah ah, aku bosan. Kita mandi di danau saja!” ajak Puteri Nila. Mereka meninggalkan Puteri Kuning seorang diri. Begitulah yang terjadi setiap hari, sampai ayah mereka pulang. Ketika sang raja tiba di istana, kesembilan puterinya masih bermain di danau, sementara Puteri Kuning sedang merangkai bunga di teras istana. Mengetahui hal itu, raja menjadi sangat sedih.

Anakku yang rajin dan baik budi! Ayahmu tak mampu memberi apa-apa selain kalung batu hijau ini, bukannya warna kuning kesayanganmu!” kata sang raja. Raja memang sudah mencari-cari kalung batu kuning di berbagai negeri, namun benda itu tak pernah ditemukannya.

“Sudahlah Ayah, tak mengapa. Batu hijau pun cantik! Lihat, serasi benar dengan bajuku yang berwarna kuning,” kata Puteri Kuning dengan lemah lembut.

“Yang penting, ayah sudah kembali. Akan kubuatkan teh hangat untuk ayah,” ucapnya lagi. Ketika Puteri Kuning sedang membuat teh, kakak-kakaknya berdatangan. Mereka ribut mencari hadiah dan saling memamerkannya. Tak ada yang ingat pada Puteri Kuning, apalagi menanyakan hadiahnya.

Keesokan hari, Puteri Hijau melihat Puteri Kuning memakai kalung barunya. “Wahai adikku, bagus benar kalungmu! Seharusnya kalung itu menjadi milikku, karena aku adalah Puteri Hijau!” katanya dengan perasaan iri.

“Ayah memberikannya padaku, bukan kepadamu,” sahut Puteri Kuning. Mendengarnya, Puteri Hijau menjadi marah. Ia segera mencari saudara-saudaranya dan menghasut mereka.

“Kalung itu milikku, namun ia mengambilnya dari saku ayah. Kita harus mengajarnya berbuat baik!” kata Puteri Hijau. Mereka lalu sepakat untuk merampas kalung itu. Tak lama kemudian, Puteri Kuning muncul. Kakak-kakaknya menangkapnya dan memukul kepalanya. Tak disangka, pukulan tersebut menyebabkan Puteri Kuning meninggal.

“Astaga! Kita harus menguburnya!” seru Puteri Jingga. Mereka beramai-ramai mengusung Puteri Kuning, lalu menguburnya di taman istana. Puteri Hijau ikut mengubur kalung batu hijau, karena ia tak menginginkannya lagi. Sewaktu raja mencari Puteri Kuning, tak ada yang tahu kemana puteri itu pergi. Kakak-kakaknya pun diam seribu bahasa. Raja sangat marah. “Hai para pengawal! Cari dan temukanlah Puteri Kuning!” teriaknya.

Tentu saja tak ada yang bisa menemukannya. Berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, tak ada yang berhasil mencarinya. Raja sangat sedih. “Aku ini ayah yang buruk,” katanya.” Biarlah anak-anakku kukirim ke tempat jauh untuk belajar dan mengasah budi pekerti!” Maka ia pun mengirimkan puteri-puterinya untuk bersekolah di negeri yang jauh. Raja sendiri sering termenung-menung di taman istana, sedih memikirkan Puteri Kuning yang hilang tak berbekas.

Suatu hari, tumbuhlah sebuah tanaman di atas kubur Puteri Kuning. Sang raja heran melihatnya. “Tanaman apakah ini? Batangnya bagaikan jubah puteri, daunnya bulat berkilau bagai kalung batu hijau, bunganya putih kekuningan dan sangat wangi! Tanaman ini mengingatkanku pada Puteri Kuning. Baiklah, kuberi nama ia Kemuning.!” kata raja dengan senang. Sejak itulah bunga kemuning mendapatkan namanya. Bahkan, bunga-bunga kemuning bisa digunakan untuk mengharumkan rambut. Batangnya dipakai untuk membuat kotak-kotak yang indah, sedangkan kulit kayunya dibuat orang menjadi bedak. Setelah mati pun, Puteri Kuning masih memberikan kebaikan.

sumber:http://dongeng.org/dongeng/hikayat-bunga-kemuning.html

Dikirim oleh: arnaxxx@ymail.com
Facebook: http://www.facebook.com/profile.php?ref=name&id=1282807008


Masih banyak dongeng dan cerita lainnya. silahkan kunjungi link-nya. Bukan promosi dengan bayaran lho...hehehe. Hanya berbagi saja. Semoga bermanfaat. :)

Selasa, 19 Juli 2011

Dibohongi teman???

Sedih...
sekitar seminggu lalu saya meminta tolong kepada seorang teman. Teman yang saya rasa cukup mampu, ya memang dia memiliki kemampuan dalam hal yang saya perlukan. Hingga akhirnya ucapan terima kasih, ungkapan syukur atas bantuan yang diberikannya kepada saya berubah menjadi sebuah tanda tanya besar bahkan teramat besar. Saya benar-benar tidak menyangka dia melakukannya pada saya. Mungkin tidak perlu saya ungkapkan kepada siapa pun. Saya hanya ingin bercerita kepadaNya. Jika memang apa yang dia lakukan pada saya secara sadar, saya hanya meminta kepadaNya agar teman saya dibukakan pintu hatinya.

Hanya ingin berbagi tentang apa yang saya dapat dari kejadian tersebut.
Jika memang telah menyanggupi untuk membantu teman atau siapa pun itu, bantulah dia dengan sebenar-benarnya bantuan yang kamu bisa berikan. Jika tidak bisa lebih baik bilang tidak. Kalau kamu membantu dengan asal-asalan, tidak sepenuh hati dan akhirnya dia mengetahui apa yang telah kamu lakukan. Pasti dia akan kecewa dan tidak menutup kemungkinan dia akan kehilangan kepercayaan kepadamu. Kalau sudah seperti itu kamu hanya akan menambah masalah bukan menyelesaikan masalah.

Sabtu, 16 Juli 2011

Dialog Singkat

Malam ini...pulang dari Depok, mencari counter pulsa yang masih buka. Yap...akhirnya ada juga di deket rumah. Beli deh pulsa. Saat di penjual pulsa tersebut terjadilah dialog singkat dengan teman kecil saya yang kebetulan sedang duduk di tempat penjual pulsa tersebut.

Teman : Kok sendirian, biasanya dianterin?
Saya : Dianterin bapak? ngga. lagi sendirian aja.
Teman : Bukan, yang pake beat itu lho...
Saya : Oh itu...itu mah ade.
Teman : Oh...pacarnya adenya?
Saya : Iya
Teman : Oh..bukan Ika. Ika mana?
Saya : *nyengir-nyengir aja dah

Dalam hati:
1. Sebegitu miripnya kah saya dengan adik saya??? sampe dibilang yang dianterin itu saya. atau memang sengaja mancing2 jawaban saya yang cuma nyengir2 aja.
2. Ternyata tetangga itu pemerhati juga yah? sampe dianterin sama siapa dan pake motor apa bener2 jelas. ckckck..heu...