Selasa, 25 Januari 2011

Cinta dan Kasih Sayang

Untung saja cinta itu diberikanNya tanpa batas. Sehingga kita bisa mencintai banyak orang dengan tingkatan cinta yang berbeda-beda ataupun sama tanpa takut rasa cinta yang kita miliki akan habis. Kita dapat mencintai apapun dengan anugerah perasaan cinta yang kita miliki. Allah memang Maha Adil. Semuanya sudah dirancang sedemikian rupa. Beruntung juga kasih sayang itu diberikan tanpa batas. Sehingga kita pun dapat menyayangi banyak orang tanpa takut kasih sayang yang kita miliki akan habis. Cinta dan kasih sayang yang kita bagikan tidak akan pernah berkurang. Cinta dan kasih sayang yang dibagikan justru semakin bertambah dan terus menerus bertambah.

Riska
24 Jan 2011
10:34

Jumat, 21 Januari 2011

Engkong

Air mata ini tiba-tiba mengalir deras setelah melihat kondisi engkong (sapaan saya untuk kakek saya). Tubuhnya sudah sangat kurus hingga dapat kurasakan tulang kecilnya saat memegangnya, keriput di kulitnya pun semakin terlihat, dia duduk di bangku tempat biasa aku bermain sewaktu kecil dulu, matanya dipejamkan, dia hanya sesekali menjawab pertanyaan yang kuajukan, bukan menjawab lebih tepatnya, tapi hanya mengangguk dan menggeleng.

Sedih...sangat sedih..bahkan air mata ini terus mengalir menuliskan kalimat-kalimat ini. Melihat kondisi engkong tadi aku benar-benar sedih. Teringat kembali ke masa kecilku. Sewaktu kecil aku tinggal bersama engkong dan nenek selama hampir 14 tahun. Bapak dan mama tinggal tepat di sebelah rumah nenek. Dulu aku sempat dijuluki anak engkong dan nenek, cucu kesayangan engkong dan nenek karena begitu sayangnya mereka berdua kepadaku. Cerita yang sering aku dengar dari nenek, ibuku menikah dalam usia muda dan dalam usiaku yang belum genap dua tahun, ibu sudah melahirkan adikku. Sehingga nenek membantu merawatku, sementara ibuku merawat adikku. Itulah awal mula aku lebih dekat dan tinggal bersama engkong dan nenek. Engkong adalah bapak kedua bagiku. Bahkan dulunya segala keperluanku diurus oleh kakek. Masih teringat dalam ingatanku sewaktu engkong memandikan Ika kecil saat mau berangkat sekolah ketika masih SD, mengajariku mengikat tali sepatu, mengajariku naik sepeda, mengajakku bermain, merawat dan menghiburku ketika aku sakit, membelikanku mainan, mengajariku menanam dan merawat bunga mawar hingga akhirnya pohon mawar itu tumbuh besar dan berbunga lebat, dan banyak hal luar biasa yang diajarkan dan dikenalkannya kepadaku.

Kedekatanku dengan engkong agak berkurang setelah nenek meninggal dunia pada tanggal 23 Maret 2002. Nenek yang juga menjadi ibu kedua bagiku. Saat nenek masih hidup dulu, aku bahkan sempat merasa bahwa nenek adalah orang yang paling mengerti dan menyayangi aku melebihi ibuku. Mungkin rasa itu muncul karena aku lebih sering menghabiskan waktu bersama nenek dibanding dengan mama. Setelah nenek meninggal, aku tidak lagi tinggal bersama engkong. Aku tinggal bersama kedua orang tuaku dan dua orang adik perempuanku. Tidak begitu berbeda, karena memang rumahnya bersebelahan.

Ketika masa SMK aku masih sering mengobrol dan bercanda dengan engkong. Bahkan aku masih ingat saat engkong datang ke SMK untuk mengambil rapor semester pertamaku di SMK. Saat engkong masih sering banyak bercerita tentang masa indahnya bersama nenek merawat mama dan Ika kecil. Indahnya masa-masa itu.

Semenjak kuliah aku sudah jarang sekali bercerita dan bertemu engkong. Meskipun rumah engkong dan rumah orang tuaku bersebelahan, cukup sulit untukku bertemu engkong walaupun hanya seminggu sekali. Selain kuliah, aku pun ikut organisasi di kampus dan luar kampus. Pergi kuliah pagi dan pulang sore bahkan tidak jarang aku pulang larut malam. Aku menyadari rasa kehilangan itu, namun belum bisa aku mengurangi kesibukan itu di masa awal-awal kuliah. Liburan pun bisa dihitung berapa hari aku berada di rumah. Tidak lebih dari 20 % waktu liburanku sepertinya. Hingga terkadang mama dan bapak pun menegurku. Sesekali aku hanya mendengar cerita dari mama tentang engkong. Engkong yang sudah lanjut usia yang kadang sulit dimengerti keinginannya, yang kadang marah tanpa alasan yang jelas, dan jika sakit sering rewel. Begitulah cerita yang aku dengar dari mama. Ya...begitulah engkong. "Orang udah tua emang suka bawel", begitulah kata-kata yang sering kudengar dari banyak orang. Namun dibalik semua sikapnya itu engkong tetap perhatian dan sayang kepada cucu-cucunya. Pernah suatu ketika aku berpamitan dengan engkong saat mau berangkat kuliah. Aku mencium tangannya, tangan yang dulu merawatku sewaktu kecil. Dia mengusap bahuku dan bertanya padaku, "Ada ongkos ngga ka?, ni buat nambah ongkos" seraya mengeluarkan uang dari sakunya dan memberikannya kepadaku.

Sekitar seminggu lalu mungkin, bapak menyuruhku menyempatkan diri menjenguk engkong yang sedang sakit. "Iya", jawabku. Namun tak kunjung aku lakukan. Hingga hari ini aku mengunjungi engkong. Mengantarkan beberapa potong kue bolu, gemblong, dan jeruk untuknya dan kudapati kondisinya sudah sangat berubah, jauh dari saat terakhir aku bertemu dengannya akhir Desember tahun lalu. Kupegang tangannya, kuusap bahunya, kuperhatikan wajah dan tubuhnya yang semakin menua, Allah...tak kuat rasanya melihatnya seperti itu. Air mata ini mendesak keluar. Tak lama setelah menyapa dan mengajukan beberapa pertanyaan kepadanya yang kemudian hanya dijawab dengan anggukan dan gelengan, aku pamit untuk pulang karena harus kembali membantu mama yang mempersiapkan pengajian haul untuk nenek. Aku langsung masuk ke kamar, kututup pintu kamar, dan menangis sejadi-jadinya. Allah...apa yang aku lakukan? apakah aku hampir melupakannya? ampuni aku ya Allah. Tidak pernah aku bermaksud melupakannya. Setelah kejadian ini, izinkan aku untuk lebih memperhatikannya, aku akan berusaha meluangkan waktuku untuk mengunjunginya, dan berikanlah ia kesembuhan Ya Allah. Ika akan selalu berdoa untuk kesehatan engkong.

Riska
21 Januari 2011
11:13

Menghargai apa yang dimiliki

Mencintaimu apa adanya
oleh RENUNGAN N KISAH INSPIRATIF pada 30 November 2010 jam 20:02

♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥



Disaat kamu ingin melepaskan seseorang..ingatlah pada saat kamu ingin mendapatkannya

Disaat kamu mulai tidak mencintainya…ingatlah saat pertama kamu jatuh cinta padanya

Disaat kamu mulai bosan dengannya…ingatlah selalu saat terindah bersamanya

Disaat kamu ingin menduakannya…bayangkan jika dia selalu setia

Saat kamu ingin membohonginya…ingatlah disaat dia jujur padamu

Maka kamu akan merasakan arti dia untukmu

Jangan sampai disaat dia sudah tidak disisimu,

Kamu baru menyadari semua arti dirinya untukmu

Yang indah hanya sementara

Yang abadi adalah kenangan

Yang ikhlas hanya dari hati

Yang tulus hanya dari sanubari

Tidak mudah mencari yang hilang

Tidak mudah mengejar impian

Namun yang lebih susah mempertahankan yg ada

Karena walaupun tergenggam bisa terlepas juga.





Ingatlah pada pepatah,

“Jika kamu tidak memiliki apa yang kamu sukai, maka sukailah apa yang kamu miliki saat ini”

Belajar menerima apa adanya dan berpikir positif….

Hidup bagaikan mimpi, seindah apapun, begitu bangun semuanya sirna tak berbekas

Rumah mewah bagai istana, harta benda yang tak terhitung, kedudukan, dan jabatan yg luar biasa, namun…

Ketika nafas terakhir tiba, sebatang jarum pun tak bisa dibawa pergi

Sehelai benang pun tak bisa dimiliki

Apalagi yang mau diperebutkan

Apalagi yang mau disombongkan

Maka jalanilah hidup ini dengan keinsafan nurani

Jangan terlalu perhitungan

Jangan hanya mau menang sendiri

Jangan suka sakiti sesama apalagi terhadap mereka yang berjasa bagi kita

Belajarlah tiada hari tanpa kasih

Selalu berlapang dada dan mengalah Hidup ceria, bebas leluasa…

Tak ada yang tak bisa di ikhlaskan….

Tak ada sakit hati yang tak bisa dimaafkan .

Tak ada dendam yang tak bisa terhapus…

♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

Senin, 10 Januari 2011

Retorika Perasaan

Allah, lantunan istigfar terucap terus dalam hatiku. Aku tidak tahu apa yang baru saja aku pikirkan setelah mendengar cerita di telepon itu. Allah, rasa apa ini? Entah mengapa, aku merasa dia mulai lebih dekat dengannya. Allah, aku tahu dia bukan milikku. Dia bukan siapa-siapa untukku. Dia hanya temanku, dia sahabat yang dapat membawa keceriaan dan memberikan semangat untukku. Bahkan mungkin dia tidak tahu dan tidak merasakan apa yang aku rasakan padanya. Ya Allah…jagalah hati ini. Hingga tiada prasangka-prasangka buruk, rasa cemburu, dan iri sedikit pun yang hinggap di hatiku saat ia dekat dengannya. Berikanlah aku kekuatan untuk senantiasa menjaga rasa ini hingga dapat kuberikan pada yang benar-benar berhak memilikinya. Sedih…ketika harus mendapati diri ini merasakan perasaan cemburu. Padahal belum waktunya aku cemburu. Bahkan aku tidak punya hak sama sekali untuk cemburu. Allah, lagi-lagi yang dapat aku lakukan hanya menangis. Menangisi perbuatan aneh yang aku lakukan. Mengapa aku bisa cemburu? Mengapa aku merasakan sedih ini? Maafkan aku telah memupuk rasa ini, Ya Allah. Maafkan aku telah membuat diriku sakit sendiri. Padahal ada yang mencintaiku dengan pasti. Ada yang mencintaiku tanpa pernah sedikit pun menyakitiku. Engkau yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. CintaMu selalu abadi untuk semua makhlukMu, cintaMu selalu ada untuk semua makhlukMu, cintaMu selalu menyembuhkan dan membahagiakan.

10 Januari 2010
19:00

Minggu, 09 Januari 2011

Insya Allah

Allah SWT berfirman: “Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu “Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi”, kecuali dengan menyebut Insya Allah”. (QS. al-Kahfi: 23-24).

Berawal dari sikap beberapa teman yang mengucapkan kata Insya Allah atas sebuah janji tetapi terkadang si pengucap kata itu pun tidak memberikan pembuktian dari makna kata Insya Allah yang sebenarnya. Tidak jarang beberapa orang yang saya kenal mengucapkan kata itu tapi pada akhirnya mereka mengingkarinya. Saya sempat merasa bahwa mereka yang mengucapkan kata tersebut hanya mencari perlindungan dengan mengucapkan kata Insya Allah. Maaf, semoga saja perasaan saya ini keliru. Terkadang saya berpikir, mengapa mereka tidak mengucapkan saja, "maaf, gw ngga bisa janji ya", atau "gw usahain ya"? sepertinya kata-kata itu lebih baik mereka ucapkan dibandingkan mengucapkan kata Insya Allah tetapi pada akhirnya sulit dihubungi atau tidak datang tanpa kabar dan berbagai alasan lainnya yang kadang sulit diterima. Mungkin sekali dua kali dapat dimaklumi. Tapi kalau lebih dari itu??? Entahlah...

Bahkan yang membuat saya agak terkejut adalah ketika saya dan beberapa teman berkunjung ke rumah orang asing. salah satu teman saya mengucapkan kata insya Allah kepada orang asing tersebut. mungkin sudah beberapa kali hingga akhirnya orang asing tersebut menjelaskan kepada kami tentang makna Insya Allah yang sebenarnya. Sempat orang asing itu bertanya, "apakah pemaknaan kata Insya Allah di kalangan kami berbeda?". Piuh...saya merasa malu mendengar kata itu. "bukankah makna kata Insya Allah itu hanya satu? ,"tanya saya dalam hati. Yaitu ketika kita sudah benar-benar pasti akan datang ke suatu kegiatan atau dapat memenuhi janji yang telah kita sanggupi dan yang bisa membatalkannya hanya kehendakNya. Sakit, kecelakaan, kematian, atau musibah-musibah lainnya diluar jangkauan manusia. Hmmm...mungkin bukan maknanya yang berbeda tapi si pemaknanya yang membuat makna kata itu berbeda untuk dirinya sendiri.


Setelah beberapa kejadian itu, saya jadi berpikir ulang untuk mengucapkan kata Insya Allah. Saya lebih memilih mengucapkan ketidaksediaan saya atau alasan ketidakhadiran saya dibandingkan mengucapkan kata Insya Allah dengan makna yang berbeda. Bukan berarti saya merasa sudah benar dalam menggunakan kata tersebut, saya pun masih belajar dan masih akan terus belajar. Teruslah saling mengingatkan dalam kebaikan. Semoga saja masing-masinng dari kita dapat menggunakan pemaknaan yang sesungguhnya atas kata tersebut.