Senin, 10 Januari 2011

Retorika Perasaan

Allah, lantunan istigfar terucap terus dalam hatiku. Aku tidak tahu apa yang baru saja aku pikirkan setelah mendengar cerita di telepon itu. Allah, rasa apa ini? Entah mengapa, aku merasa dia mulai lebih dekat dengannya. Allah, aku tahu dia bukan milikku. Dia bukan siapa-siapa untukku. Dia hanya temanku, dia sahabat yang dapat membawa keceriaan dan memberikan semangat untukku. Bahkan mungkin dia tidak tahu dan tidak merasakan apa yang aku rasakan padanya. Ya Allah…jagalah hati ini. Hingga tiada prasangka-prasangka buruk, rasa cemburu, dan iri sedikit pun yang hinggap di hatiku saat ia dekat dengannya. Berikanlah aku kekuatan untuk senantiasa menjaga rasa ini hingga dapat kuberikan pada yang benar-benar berhak memilikinya. Sedih…ketika harus mendapati diri ini merasakan perasaan cemburu. Padahal belum waktunya aku cemburu. Bahkan aku tidak punya hak sama sekali untuk cemburu. Allah, lagi-lagi yang dapat aku lakukan hanya menangis. Menangisi perbuatan aneh yang aku lakukan. Mengapa aku bisa cemburu? Mengapa aku merasakan sedih ini? Maafkan aku telah memupuk rasa ini, Ya Allah. Maafkan aku telah membuat diriku sakit sendiri. Padahal ada yang mencintaiku dengan pasti. Ada yang mencintaiku tanpa pernah sedikit pun menyakitiku. Engkau yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. CintaMu selalu abadi untuk semua makhlukMu, cintaMu selalu ada untuk semua makhlukMu, cintaMu selalu menyembuhkan dan membahagiakan.

10 Januari 2010
19:00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar