Senin, 28 Maret 2011

22 days to 22nd

Hayooo…ada yang tau maksud 22 days to 22nd? Itu adalah sebuah judul yang saya juga masih belum memutuskan untuk judul apa. Judul perjalanan saya selama 22 hari? Atau judul sebuah cerita? Judul sebuah cerpen, novel, sejarah, ah…entahlah. Yang pasti saya mendapatkan inspirasi (inspirasi apa mencontek ya?) itu dari seorang pembawa acara infotaiment yang membuat program 25 hari menuju 25 tahun untuk ulang tahunnya. Yap…saya membuat judul itu dengan maksud 22 hari menuju 22 tahun usia saya. Hehe..
22 days to 22nd. Saya sudah menuliskan target-target perubahan yang akan saya lakukan. Saya sudah bercerita padaNya tentang rencana saya ini. Sekali, dua kali, bahkan teramat sering. Dia pasti mengetahui isi hati saya. Saya ingin membuat 22 hari itu menjadi hari-hari yang istimewa. Ada hal yang masih membuat saya bertanya-tanya. Sebenarnya 22 harinya itu dimulai dari tanggal berapa ya? 26 Maret apa 27 Maret. Hmmm…tanggal berapapun itu. 2 tanggal itu sudah sangat berarti bagi saya. 26 Maret saya memperoleh formulir summer course ke sebuah negara yang sudah saya impikan sejak setahun lalu. "Sebentar lagi, Ka. Allah sedang menuntunmu" ucap saya dalam hati. Alam bawah sadar saya pun sudah merekamnya dengan jelas. Selama dua tanggal itu pula saya layaknya sebuah detektif. Seorang detektif handal dan istilah jinak-jinak merpati tiba-tiba terucap dari seorang sahabat saya. Lagi-lagi saya tidak terlalu menanggapi serius kata-kata itu. Ruang dalam pikiran saya semakin dipenuhi dengan keinginan merealisasikan mimpi ke negara itu bahkan skripsi saya jadi tersingkirkan sejenak.
Hari ini…28 Maret 2011, saya berhasil menamatkan membaca sebuah novel karya Tere-Liye, “Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin” sebanyak 254 halaman. Sejak pagi saya membacanya, di kamar, di angkot, di bangku antrian saat hendak meminta surat keterangan sehat di PKM UI, dan akhirnya saya menyelesaikan bacaan itu di sebuah kursi panjang berwarna coklat tua buatan bapak di ruang tamu. Banyak hal yang saya dapatkan membaca buku tersebut. Pikiran saya tiba-tiba membuat sebuah gambar imajinasi yang indah…
Saya adalah seorang mahasiswa program studi Arab, saya sedang menyusun sebuah skripsi tentang bahasa Ibrani yang dipakai sebagai bahasa resmi di Israel, saya sedang melengkapi aplikasi dan bersiap merealisasikan mimpi saya untuk summer course ke Turki, dan saya sedang membaca sebuah novel yang bagian cerita didalamnya menceritakan tentang seorang anak perempuan yang mendapatkan beasiswa ASEAN untuk bersekolah di Singapura. Yap…saya membuat sebuah gambaran di pikiran saya tentang semua itu. Bahwa Negara-negara yang ada dalam gambaran di pikiran saya itu harus saya kunjungi. Saya meminta kepadaNya agar saya dapat menginjakkan kaki merasakan cerita-cerita tentang negara-negara tersebut seperti yang pernah saya baca. Insya Allah…Allah pasti akan memeluk mimpi-mimpi saya.
Lalu apa yang saya dapatkan dari membaca novel tersebut…
Ah…entah mengapa saya selalu tidak menyukai segala hal yang berakhir dengan kesedihan. Dalam cerita itu seorang anak perempuan harus menerima kenyataan bahwa ia tidak bisa memiliki orang yang dicintainya. Bukan karena orang itu tidak mencintainya. Tapi karena orang yang mencintainya tidak berani mengatakan tentang perasaan cinta itu kepadanya. Padahal orang tersebut sudah bisa membaca isyarat yang diberikan anak perempuan itu. Piuh…bagian ini benar-benar tidak saya suka. Hingga akhirnya segala puzzle perasaan yang disembunyikan sekian lama itu tersusun membentuk jawaban. Jawaban yang benar-benar tragis. Entah karena faktor usia mereka yang terlampau jauh sehingga laki-laki itu tidak menyatakan perasaannya. “Ah…padahal hanya 14 tahun, mama sama bapak saya aja 16 tahun”, gerutu saya. Apakah karena si laki-laki dalam cerita itu menganggap perempuan itu sebagai adiknya?. “Perasaan cinta itu bisa muncul pada siapa aja. Jadi kenapa harus menolak dan tidak mengakuinya sih. Hei…bohong kalau ada yang bilang mau membohongi diri sendiri. Mana bisa membohongi diri sendiri”, uraian panjang itu tiba-tiba hadir dipikiran saya. Ups…bukan bermaksud mempengaruhi pembaca yang lain. Itu hanya ungkapan kontra dalam pikiran saya. Semua yang terjadi sudah tentu adalah skenario yang terbaik yang dibuat olehNya. Meskipun tidak sesuai dengan harapan manusia tapi itu adalah yang terbaik yang sudah digariskan Sang Pencipta. Tentunya skenario yang ada dalam cerita itu pun adalah fenomena yang terjadi di kehidupan nyata walaupun tidak sama persis.
Tunggu dulu…ada bagian yang saya suka, saya bisa merasakan dan membayangkan tempat-tempat yang disebutkan dalam cerita dengan jelas. Ya…karena kota yang dipakai dan tempat yang disebutkan saya jelas mengetahuinya. Toko buku, kampus yang hijau, jalan, dan pemakaman. Oiya, ada sebuah kalimat yang cukup menarik perhatian saya “Lebih baik menikah dengan orang yang mencintaimu”. Jadi ingat juga pesan salah satu kakak yayasan saya yang sebentar lagi menjadi seorang ibu. lebih baik menikah dengan orang yang mencintai kita. karena rasanya lebih istimewa, Ris. Yap...begitulah kira-kira ucapan yang disampaikan kepada saya sekitar hampir satu tahun lalu. Nah…hehehe soal cinta lagi deh. Saya tahu jodoh saya sudah ditentukan olehNya. Saya juga tahu laki-laki itu adalah yang terbaik yang diciptakanNya untuk saya. Tiba-tiba, ada sebaris kalimat yang ingin saya tambahkan tentang jodoh dalam doa saya. “Saya memohon diberikan seorang laki-laki yang mencintai saya”. Laki-laki yang Insya Allah akan menjadi yang pertama dan terakhir untuk saya. Karena saya selalu meminta kepadaNya, jika saya nantinya akan mengalami yang namanya pendekatan atau pacaran kah itu…saya menginginkan orang itu menjadi yang pertama dan terakhir untuk saya. Senyum-senyum sendiri saya memikirkan hal ini. Hehe…
Hush…balik lagi ke judul awalnya. 22 days to 22nd . Jadi sebenernya udah tinggal berapa hari lagi menuju 22 tahun ya?hitung-hitungannya terserah aja deh. Yang penting hari-hari yang saya lalui sudah menuju kepada 22 tahun usia saya, 22 tahun saya diberikan kesempatan menikmati setiap detak jantung dalam tubuh saya, 22 tahun mata ini mampu menatap dunia mengagumi semua ciptaanNya, 22 tahun merasakan cinta dari makhluk-makhlukNya, 22 tahun menginjak bumi hasil pahatan paling sempurna dariNya, semua nikmat dariNya yang tidak bisa dituliskan oleh air laut di seluruh dunia ini jika digunakan sebagai tinta untuk menuliskannya. Semoga tahun ini dengan usia yang semakin berkurang untuk hidup di dunia ini saya menjadi semakin baik dari sebelumnya, semakin bersyukur kepadaNya, menggunakan usia saya untuk hal yang bermanfaat sehingga usia ini menjadi berkah, mencintai makhluk-makhluk ciptaanNya dengan tulus karenaNya.

Riska
28 Maret 2011 21:37
sambil sesekali melihat mama dan bapak yang sedang asik menikmati tayangan televisi bersama. Dua orang yang sangat berarti dalam kehidupan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar