Sudah dua hari ini setiap pukul 4 sampai 6 sore saya pergi ke Pesona Khayangan. DY5, rumah mungil itu tempat saya mengajar Rumeysa. Anak berusia 7 tahun, dengan mata indah, hidung mancung, kulit putih, dan rambut ikal. Saya menggantikan teman saya Savira yang sedang sakit. Dia memanggil saya dengan sapaan, “Riska abla” yang berarti kak Riska dalam bahasa Turki. Saya mengajarkannya bahasa Indonesia dan membantunya mengerjakan pekerjaan rumah. Sebelumnya Savira pernah bercerita kepada saya bahwa Rumeysa itu manja, kalau belajar minta dipeluk dan dipangku. Ternyata hal itu tidak saja terjadi pada Savira. Hari Senin, hari pertama saya mengajar Rumeysa, dia menanyakan kepada saya kemana Savira abla? Lalu saya menjawab bahwa savira sedang sakit jadi tidak bisa mengajar. Kemudian dia bertanya lagi, “Sakit apa?”, saya bingung menjawabnya. Jika saya bilang sakit tifus dia pasti belum mengerti. Ketika tidak sengaja saya memegang kepada, dia langsung berkata, “Haaa…yaaa”. Yah…mungkin dia menemukan jawabannya sendiri.
Rumeysa adalah anak yang cerdas. Teman-teman saya yang setiap minggu belajar bahasa Turki dengan ibunya pun begitu menyukainya. Yah…dibalik wajahnya yang ekspresif dan penuh semangat itu, ternyata dia adalah anak yang super manja dan romantis. Dia juga suka ngambek. Kalau dia tidak bisa mengerjakan soal atau harus menulis jawaban yang terlalu panjang pasti dia ngambek. Langsung diam, menyilangkan tangan di dadanya, dan meletakkan pensilnya di meja. Alhasil…saya harus merayu dia atau membiarkan dia diam sejenak sambil membelai rambut atau mengelus punggungnya hingga dia sendiri yang memulai belajar kembali. Dia juga sangat suka diperhatikan. Di hari pertama saat saya sedang mengajarnya, tiba-tiba ada bunyi telepon dari handphone saya. Saya kemudian mengangkatnya dan berbicara sebentar. Ternyata dia cemburu melihat saya mengangkat telepon. Dia langsung diam dan memasang wajah kesalnya. Aih…Rumeysa ada-ada saja. Dia juga senang menulis kata-kata di selembar kertas. Dia menulis sebuah surat dalam bahasa Turki untuk Savira dan saya. Mungkin karena merasa dekat dan sering belajar dengan savira, dia menulis sebuah surat dalam bahasa Turki. Dia berkata bahwa dia ingin bersama savira, saya berusaha mendapatkannya ketika savira sakit. Hahaha…dasar anak itu. Padahal beberapa saat sebelumnya dia menulis kata-kata di buku saya yang artinya, kak Riska aku sangat mencintaimu. Kata-kata itu juga telah dituliskan olehnya untuk Savira.
2 Maret 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar